IMAM AHMAD (164-241 H/ 780-855 M)

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal Al Marwazy. Dia adalah ulama hadits terkenal kelahiran Baghdad. Dia dilahirkan pada bulan Rabiul Awal, tahun 164 H/780 M. Beliau terkenal sebagai salah seorang pendiri madzhab yang dikenal dengan nama Hanabilah (Hanbaly). Beliau mulai mencari hadits sejak berumur 16 tahun hingga merantau ke kota-kota di Timur Tengah. Dari perantauan inilah, beliau mendapatkan guru-guru kenamaan, antara lain: Sufyan bin ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Qaththan. Dan beliau adalah salah seorang murid Imam As Syafi’i yang paling setia. Dia merupakan seorang ahli hadits yang diakui kewara’an dan kezuhudannya. Menurut Abu Zur’ah, beliau mempunyai tulisan sebanyak 12 macam yang dikuasai di luar kepala. Beliau juga mempunyai hafalan matan hadits sebanyak 1.000.000 buah. Karya beliau yang sangat gemilang adalah Musnadul Kabir. Kitab ini berisikan 40.000 buah hadits yang 10.000 di antaranya merupakan hadits ulangan. Karya beliau yang paling utama adalah Musnad Ahmad yang tersusun dari 30.000 ahadits dalam 24 juz. Beliau pulang ke rahmatullah pada hari Jumat Rabiul Awal, 241 H/855 M di Baghdad dan dikebumikan di Marwaz yang mana jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan.

IMAM IBNU MAJAH (209-273 H/ 824-887 M)

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qadziani Ar Raba’i Al Qazwani. Beliau lahir di Qazwin, Iran 209 H/824 M. Majah adalah nama gelar (Laqab) bagi Yazid, ayahnya yang dikenal juga dengan nama Majah Maula Rab’at. Ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa Majah adalah kakeknya Ibnu Majah. Ibnu Majah memiliki keahlian dalam bidang hadits, ahli tafsir dan ahli sejarah Islam. Ada 2 (dua) keahliannya dalam bidang tafsir yaitu tafsir Al Qur’an Al Karim dan At Tarikh. Pada usia 21 tahun dia mulai mengadakan perjalanan untuk mengumpulkan hadits. Dengan cara tersebut dia telah mendapatkan hadits-hadits dari para ulama terkenal yang mana juga sebagai gurunya seperti Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numaayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al Azhar, Basyar bin Adam serta para pengikut Imam Malik dan Al Layss. Karya utama Ibnu majah dalam bidang hadits adalah Sunan Ibnu Majah yang dikenal sebagai salah satu dari enam kitab kumpulan hadits yang terkenal dengan julukan Al Kutub As Sittah (kitab yang enam). Lima kitab hadits yang lain dari kumpulan tersebut adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At Tirmidzi dan Sunan An Nasa’i (disebut dengan Sunan, karena kitab ini mengandung ahadits yang menyinggung masalah duniawi/mu’amalah). Ibnu Majah wafat di tempat kelahirannya Qazwin hari Selasa, tanggal 20 Ramadhan 273 H/18 Pebruari 887 M dalam usia 64 tahun.

IMAM AN-NASA’I (215-303 H/ 830-915 M)

An-Nasa’i memiliki nama lengkap Abu Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib an-Nasa’i bin Ali bin Bahr bin Sinan. Sedangkan nama panggilannya adalah Abu Abdul Rahman An-Nasa’i. Beliau lahir di Nasa’, Khurasan 215 H/830 M. Seorang ahli hadits ini memilih Mesir sebagai tempat menyiarkan hadits-hadits. Beliau mempunyai keahlian dalam bidang hadits dan ahli fiqih dalam mazhab Syafi’i. Di kota Damaskus ia menulis kitab Khasais Ali ibn Abi Thalib (Keistimewaan Ali bin Abi Thalib). Sedangkan karya-karyanya yang lain yaitu: · As Sunan Al Kubra (Sunan-sunan yang Agung). · As Sunan Al Mujtaba (Sunan-sunan Pilihan). · Kitab At Tamyiz (Pembeda) · Kitab Ad Du’afa (Tentang Orang-orang Kecil). · Khasais Amir Al Mu’minin Ali ibn Abi Thalib. · Manasik Al Hajj (Cara Ibadah Haji). · Tafsir Dari kitab-kitab tersebut, As-Sunan Al Kubra merupakan karya terbesarnya. Beliau memiliki guru-guru dalam bidang hadits antara lain: Qutaibah bin Sya’id, Ishaq bin Ibrahim, Ahmad bin Abdul Amru bin Ali, Hamid bin Mas’adah, Imran bin Musa, Muhammad bin Maslamah, Ali bin Hajar, Muhammad bin Mansyur, Ya’kub bin Ibrahim, dan Haris bin Miskin. An-Nasa’i meninggal dunia di kota Ramlah, Palestina dan dikuburkan di antara Shafa dan Marwah di Mekah pada hari Senin, 13 Safar tahun 303 H/915 M dalam usia 88 tahun.

IMAM AT-TIRMIDZI (209-279 H/ 824-892 M)

Beliau mempunyai nama lengkap Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at Tirmidzi bin Musa bin Dahhak As Sulami Al Buqi. Ia lahir di Termez, Tadzikistan pada bulan Dzulhijah 209 H/824 M. Ia merupakan ilmuwan Islam, pengumpul hadits kanonik (standar buku). Abu Ya’la Al Khalili, seorang ahli hadits menyatakan bahwa At Tirmidzi adalah seorang Siqah (terpercaya) dan hal ini disepakati oleh para ulama. Ibnu Hibban Al Busti (ahli hadits) mengakui kemampuan At Tirmdzi dalam hal menghafal, menghimpun dan menyusun hadits. At Tirmidzi adalah seorang murid dari Imam Bukhari dan beberapa guru lainnya seperti: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa. Kitab beliau yang terkenal, Jami’ at-Tirmidzi menyebutkan seputar permasalahan fiqh dengan penjelasan yang terperinci. Beliau juga memiliki kitab Ilalul Hadits. Pada usia 70 tahun, ia meninggal di tempat kelahirannya Termez pada akhir Rajab tahun 279 H/892 M.

IMAM ABU DAWUD (202-275 H/ 817-889 M)

Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran Al Azdi As Sijistani. Ia dilahirkan di Sijistan (antara Iran dan Afganistan) pada 202 H/817 M. Ia seorang ulama, hafizh (penghafal Al Qur’an) dan ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan tentang ke-Islaman khususnya dalam bidang ilmu fiqih dan hadits. Dia berguru kepada para pakar hadits, seperti: Ibnu Amr Ad Darir, Qa’nabi, Abi Al Walid At Tayalisi, Sulaiman bin Harb, Imam Hambali, Yahya bin Ma’in, Qutaibah bin Sa’id, Utsman bin Abi Syaibah, Abdullah bin Maslamah, Musaddad bin Marjuq, Abdullah bin Muhammad An Nafili, Muhammad bin Basyar, Zuhair bin Harb, Ubaidillah bin Umar bin Maisarah, Abu bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Mutsanna, dan Muhammad bin Al Ala. Abu Dawud menghasilkan sebuah karya terbaiknya yaitu Kitab Sunan Abi Dawud. Kitab ini dinilai sebagai kitab standar peringkat 2 (kedua) dalam bidang hadits setelah kitab standar peringkat pertama yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Dalam kitabnya tersebut Abu Dawud mengumpulkan 4.800 buah hadits dari 500.000 hadits yang ia catat dan hafal. Karangan Abu Dawud yang berjumlah 20 judul dan tidak kurang dari 13 judul kitab telah mengulas karya tersebut dalam bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), tahzib (revisi) dll. Beliau tinggal dan menetap di Basra dan akhirnya wafat di Basrah pada tahun 275 H/889 M dalam usia 73 tahun. Buku beliau ini, utamanya menggabungkan antara riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ahkam dengan ringkasan (mukhtasar) permasalahan fiqih yang berkaitan dengan hukum. Bukunya tersusun dari 4.800 ahadits. Al Khathaby mengomentari bahwa Kitab Sunan Abu Dawud itu adalah kitab yang lebih banyak fiqih-nya daripada Kitab As Shahihain.

IMAM MUSLIM (204-261 H/ 783-840 M)

Beliau mempunyai nama lengkap Abul Husain Muslim bin Al Hajaj Al Qusyairy. Beliau dilahirkan di Nisabur, Iran tahun 204 H/820 M. Dia adalah muhadditsin dan hafidz yang terpercaya. Dia pergi ke berbagai kota untuk berguru hadits kepada Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin Mahran, Abu Hasan, Ibnu Hanbal, Abdullah bin Maslamah, Yazid bin Mansur dan Abu Mas’ad, Amir bin Sawad, Harmalah bin Yahya, Qatadah bin Sa’id, Al Qa’naby, Ismail bin Abi Uwais, Muhammad bin Al Mutsanna, Muhammad bin Rumhi dan lain-lain. Dalam bidang hadits, beliau memiliki karya Jami’ush Shahih. Jumhur ulama mengakui kitab Shahih Muslim adalah secermat-cermat isnadnya dan sekurang-kurang perulangannya. Kitab ini berisikan 7.273 buah hadits, termasuk dengan yang terulang. Karya lainnya ialah: · Musnadul Kabir (Kitab yang menerangkan tentang nama-nama rijalul hadits) · Al Jami’ul Kabir · Kitabul ‘ilal wa kitabu auhamil muhadditsin · Kitabut Tamyiz · Kitab man laisa lahu illa rawin wahidun · Kitabut thabaqatut tabi’in · Kitabul Muhadiramin Beliau wafat pada hari Minggu, Rajab tahun 261 H/875 M dan dikebumikan pada hari Senin di Nisabur. menulis Kitab Shahih Muslim yang terdiri dari 7180 Hadits . Guru-guru beliau: Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Bukhari. Adapun murid murid beliau: Imam at-Tirmidzi, Abū Hatim ar-Razi dan Abū Bakr bin Khuzaimah termasuk. Buku beliau memiliki derajat tertinggi di dalam pengkategorisasian (tabwib). Kedua Ulama Ahli hadits ini biasa disebut dengan As Syaikhani (الشيخان ) dan kedua kitab Shahih beliau berdua disebut Shahihain (الصحيحين) sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh mereka berdua dari sumber sahabat yang sama disebut muttafaq ‘alaih (متفق عليه )

IMAM BUKHARI (194-256 H/ 773-835 M)

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah. Beliau dilahirkan di Bukhara, Uzbekistan setelah Shalat Jumat, pada tanggal 13 Syawal 194 H/810 M. Muhadditsin ini sangat wara’, banyak membaca Al Qur’an siang malam serta, gemar berbuat kebajikan. Sejak umur 10 tahun, dia sudah mempunyai hafalan hadits yang tidak sedikit jumlahnya. Beliau telah menulis Kitab Hadits yang memuat 600.000 hadits kemudian beliau pilih lagi menjadi 100.000 hadits shahih dan 1000 hadits TIDAK shahih. Shahih al-Bukhari adalah karya utama Imam Bukhari. Judul lengkap buku beliau ini adalah Al-Jami’ ash-Shahih al- Musnad al-Mukhtashar min Umūri Rasūlillah Shallallahu ’alayhi wa Sallam wa Ayyamihi (Jami’us Shahih), yakni kumpulan hadits-hadits shahih. Beliau menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk menyusun bukunya ini. Beliau memperoleh hadits dari beberapa hafizh, antara lain Maky bin Ibrahim, Abdullah bin Usman Al Marwazy, Abdullah bin Musa Al Abbasy, Abu Ashim As Syaibany dan Muhammad bin Abdullah Al Anshari. Karya-karya lainnya antara lain: · Qadlayas Shahabah Wat Tabi’in · At Tarikhul Kabir · At Tarikhul Ausath · Al ‘Adabul Munfarid · Birrul Walidain. Dalam kitab jami’nya, beliau menuliskan 6.397 buah hadits, dengan yang terulang. Yang muallaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi’ 384 buah, jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah. Beliau wafat pada malam Sabtu selesai shalat Isya’, tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H/870 M dan dikebumikan di Khirtank, kampung yang tidak jauh dari Samarkand.

Mencium Hajar Aswad dan Melakukan Ramal

Dari Zaid bin Aslam bahwa ayahnya berkata, “Umar bin Khattab r.a. menghadap ke arah sudut (Hajar Aswad) berkata, ‘Demi Allah! Aku mengetahui bahwa engkau adalah sebongkah batu dan tidak dapat memberikanku manfaat maupun mudharat. Bila aku tidak pernah melihat Rasulullah menyentuh (dan mencium)mu, aku tidak akan pernah menyentuh (dan mencium)mu.’ Kemudian ia pun menciumnya dan berkata, ‘Tidak ada alasan bagi kami untuk melakukan Ramal (berjalan cepat dalam Tawaf) kecuali kami ingin memamerkannya kepada kaum musyrikin, dan sekarang Allah telah menghancurkan mereka.’ Umar menambahkan, ‘(Bagaimanapun) Nabi telah melakukannya dan kami tidak ingin meninggalkannya (melakukan Ramal).’”

Narrated Zaid bin Aslam that his father said, “ ‘Umar bin Al Khattab r.a. addressed the corner (Black Stone) saying, ‘By Allah! I know that you are a stone and can neither benefit nor harm. Had I not seen the Prophet touching (and kissing) you, I would never have touched (and kissed) you.’ Then he kissed it and said, ‘There is no reason for us to do Ramal (in Tawaf) except that we wanted to show off before the Mushrikuun, and now Allah has desroyed them.’ ‘Umar added, ‘(Nevertheless) the Prophet did that and we do not want to leave it (i.e. Ramal).’”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Tiga Ikatan Setan

Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah berkata, “Selama engkau tidur, setan mengikat tiga ikatan di bagian belakang kepala masing-masing dirimu. Di tiap ikatannya ia membacakan dan menghembuskan kata-kata berikut, ‘Malam hari masih panjang untukmu, maka tidurlah kembali.’ Ketika orang tersebut bangun dan mengingat Allah, salah satu ikatan terlepas; dan ketika ia berwudhu, ikatan yang kedua terlepas, dan ketika ia melakukan sholat, ikatan ketiga terlepas dan ia bangun dengan penuh semangat dalam cara yang baik dan dengan hati yang baik di pagi hari; sebaliknya ia akan bangun dalam cara yang buruk, rasa malas (dan tidak dengan hati yang baik).”

Narrated Abu Hurairah r.a.: Allah’s Messenger said, “During your sleep, Satan knots three knots at the back of the head of each one of you. On every knot he reads and exhales the following words, ‘The night is long for you, so stay asleep.’ When that person wakes up and remembers Allah, one knot is undone; and when he performs ablution, the second knot is undone, and when he offers Salat (prayer) the third knot is undone and one gets up energetic in a good mode and with a good heart in the morning; otherwise he gets up in a bad mode, lazy (and with not a good heart).”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Perbuatan yang Paling Baik

Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah telah ditanya, “Apakah perbuatan yang paling baik” Beliau berkata, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad SAW).” Beliau ditanya kembali, “Apakah (perbuatan yang paling baik) selanjutnya” Beliau berkata, “Berjihad di jalan Allah.” Beliau pun ditanya kembali, “Apakah yang selanjutnya” Beliau berkata, “Menunaikan haji mabrur.”

Narrated Abu Hurairah r.a.: The Prophet was asked, “Which is the best deed” He said, “To believe in Allah and His Messenger (Muhammad) SAW.” He was then asked, “Which is the next (in goodness)” He said, “To participate in Jihad in Allah’s Cause.” He was again asked, “Which is the next” He said, “To perform Hajj-Mabrur.”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Yang Bangun di Malam Hari

Dari Ubada bin As Samit r.a.: Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bangun pada malam hari dan berkata:

‘Laa Ilaaha illallahu Wahdahuu laa syariika lahuu. Lahul mulku, wa lahul hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai’in Qadiir. Alhamdu lillaahi, wa subhaanallaahi, wa laa ilaaha illallaahu, wallaahu akbar, wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.’

(Tiada yang patut disembah melainkan Allah. Tak ada yang menyamai-Nya. Ia yang Maha Memiliki dan segala puji bagi-Nya. Ia Yang Mahakuasa. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah, dan tiada yang patut disembah melainkan Allah, dan Allah Maha Besar dan tiada kekuatan melainkan dari Allah). Dan kemudian berkata: ‘Allahummaghfirlii (Ya Allah! Ampunilah aku). Atau berdoa (pada Allah), maka doanya akan dikabulkan dan bila ia berwudhu (dan kemudian melakukan sholat), maka sholatnya akan diterima.”

Narrated ‘Ubada bin As-Samit r.a.: The Prophet said, “Whoever gets up at night and says:

‘Laa Ilaaha illallahu Wahdahuu laa syariika lahuu. Lahul mulku, wa lahul hamdu wa Huwa ‘alaa kulli syai’in Qadiir. Alhamdu lillaahi, wa subhaanallaahi, wa laa ilaaha illallaahu, wallaahu akbar, wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.’

(None has the right to be worshipped but Allah. He is the Only One Who has no partners. His is the kingdom and all the praises are for Him. He is Omnipotent. All the praises are for Allah. All the glories are for Allah. And none has the right to be worshipped but Allah, and Allah is the Most Great and there is neither might nor power except with Allah). And then says: ‘Allahumma, ighfir lii (O Allah! Forgive me). Or invokes (Allah), he will be responded to and if he performs ablution [and offer salat (prayer)], his Salat will be accepted.”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Yang Mengampuni Dosa dan Menerima Taubat

Dari Abu Hurairah r.a.: Aku mendengar Rasulullah berkata, “Jika seseorang berbuat sebuah dosa dan kemudian berkata, ‘Ya Allah! Aku telah berbuat dosa, ampunilah aku!’ kemudian, Rabb-nya berkata, ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan memberi hukuman, oleh karena itu Aku telah mengampuni hamba-Ku (dosa-dosanya).’ Kemudian ia mencegah dirinya dari dosa untuk sementara waktu dan kemudian kembali melakukan dosa dan berkata, ‘Ya Allah, aku telah melakukan dosa, ampunilah aku,’ dan Allah berkata, ‘Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan memberi hukuman atasnya, maka Aku telah mengampuni hamba-Ku (dosanya).’ Kemudian ia mencegah dirinya dari dosa untuk sementara dan kemudian kembali melakukan dosa (untuk yang ketiga kalinya) dan berkata,’Ya Allah, aku telah melakukan sebuah dosa, ampunilah aku,’ dan Allah berkata,’Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan memberikan hukuman atasnya, maka Aku telah mengampuninya (dosanya), ia dapat melakukan apapun yang ia inginkan.’”

Narrated Abu Hurairah r.a.: I heard the Prophet saying, “If somebody commits a sin and then says, ‘O My Lord! I have sinned, please forgive me!’ and, his Lord says, ‘My slave has known that he has a Lord Who forgives sins and punishes for it, I therefore have forgiven my slave (his sins).’ Then he remains without commiting any sin for a while and then again commits another sin and says, ‘O My Lord, I have committed another sin, please forgive me,’ and Allah says, ‘My slave has known that he has a Lord Who forgives sins and punishes for it, I therefore have forgiven my slave (his sin).’ Then he remains without committing any sin for a while and then commits another sin (for the third time) and says, ‘O My Lord, I have committed another sin, please forgive me,’ and Allah says, ‘My slave has known that he has a Lord Who forgives sins and punishes for it, I therefore have forgiven My slave (his sin), he can do whatever he likes.’”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Berpuasa, Sholat, dan Tidur seperti Rasulullah

Dari Humaid: Aku bertanya pada Anas r.a. mengenai puasanya Rasulullah. Ia berkata, “Setiap kali aku ingin melihat Rasulullah berpuasa di bulan apa saja, aku dapat melihatnya, dan setiap kali aku ingin melihatnya tidak berpuasa, aku dapat melihatnya juga, dan bila aku ingin melihatnya menunaikan shalat di malam apa saja, aku dapat melihatnya, dan bila aku ingin melihatnya tidur, aku dapat melihatnya juga.” Kemudian Anas menambahkan, “Aku tak pernah menyentuh sutra atau beludru selembut tangan Rasulullah, dan tak pernah mencium wewangian atau parfum sesedap harum Rasulullah.”

Narrated Humaid: I asked Anas r.a. about the saum (fasting) of the Prophet. He said, “Whenever I liked to see the Prophet observing Saum (fast) in any month, I could see that, and whenever I liked to see him not observing Saum (fast), I could see that too, and if I liked to see him offering Salat (prayer) in any night, I could see that, and if I liked to see him sleeping, I could see that, too.” Anas further said, “I never touched silk or velvet softer than the hand of Allah’s Messenger, and never smelled musk or perfume more pleasant than the smell of Allah’s Messenger.”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Tiga Macam Orang yang Diadzab Allah

Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah berkata, “Ada tiga macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada Hari Kebangkitan, dan Allah tidak akan membersihkan mereka dari dosa, dan mereka akan mendapatkan adzab yang menyakitkan. Mereka adalah:

(1) Seseorang yang memiliki air dengan jumlah yang berlebihan (dari yang ia butuhkan) dan ia tidak memberikannya pada para musafir. (2) Seseorang yang berbaiat kepada seorang imam dan memberikan baiatnya hanya untuk kesenangan duniawi; apabila imam tersebut memberikan apa yang ia inginkan, ia menjalankan baiatnya, namun bila tidak maka ia melanggar baiatnya. (3) Seseorang yang menjual sesuatu kepada orang lain setelah waktu ashar dan bersumpah dengan nama Allah (dengan sumpah palsu) bahwa orang lain telah menawar barang yang ia miliki dengan harga tinggi dan si pembeli mempercayainya kemudian membeli barang tersebut, padahal ia tidak ditawarkan apapun untuk barang tersebut.”

Narrated Abu Hurairah r.a.: Allah’s Messenger said, “There are three types of people Allah will neither speak to them on the Day of Resurrection nor will purify them from sins, and they shall have a painful punishment. They are:

(1) A man possesing superfluous water (more than he needs) on a way and he withholds it from the travellers. (2) A man who gives a Bai’a (pledge) to an Imam (ruler) and gives it only for worldly benefits; if the Imam gives him what he wants, he abides by his pledge, otherwise he does not fulfill his pledge. (3) A man who sells something to another man after the ‘Asr prayer and swears by Allah (a false oath) that he has been offered so much for it whereupon the buyer believes him and buys it although in fact, the seller has not been offered such a price.”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Cerita Rasulullah tentang Dajjal

Dari Abu Sa’id: Suatu hari Rasulullah menceritakan kepada kami sebuah penjelasan panjang mengenai Ad-Dajjal dan di antara hal-hal yang beliau sampaikan kepada kami, adalah: “Ad-Dajjal akan muncul, dan ia terlarang untuk memasuki celah-celah gunung atau jalan masuk ke Madinah. Ia akan bermukim di salah satu tepian laut yang berdekatan dengan Madinah, dan akan datang padanya seorang laki-laki yang akan menjadi yang terbaik atau salah satu dari yang terbaik dari umat manusia. Ia akan berkata, ‘Aku bersaksi bahwa engkau adalah Ad-Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah kepada kami.’ Ad-Dajjal akan berkata (kepada orang-orang yang mengikutinya), ‘Apabila aku membunuh laki-laki ini dan kemudian membuatnya hidup kembali, apakah engkau akan meragukan apa yang akan aku katakan’ Mereka akan menjawab, ‘Tidak’. Kemudian Ad-Dajjal akan membunuh laki-laki itu dan kemudian menghidupkannya kembali. Laki-laki tersebut akan berkata, ‘Demi Allah, sekarang aku mengenalimu lebih dari sebelumnya!’ Ad-Dajjal kemudian akan mencoba untuk membunuhnya (kembali) namun ia tidak kuasa melakukannya.”

Narrated Abu Sa’id: One day Allah’s Messenger narrated to us a long narration about Ad-Dajjal and among the things he narrated to us, was: “Ad-Dajjal will come, and he will be forbidden to enter the mountain passes or the entrances of Al-Madina. He will encamp in one of the salt areas neighbouring Al-Madina, and there will come to him a man who will be the best or one of the best of the people. He will say, ‘I testify that you are Ad-Dajjal whose story Allah’s Messenger has told us.’ Ad-Dajjal will say (to his audience), ‘Look, if I kill this man and then give him life, will you have any doubt about my claim’ They will reply, ‘No’. Then Ad-Dajjal will kill that man and then will make him alive. The man will say, ‘By Allah, now I recognize you more than ever!’ Ad-Dajjal will then try to kill him (again) but he will not be given the power to do so.”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Kisah Turunnya Ayat tentang Hijab

Dari Anas bin Malik bahwa ia telah berumur sepuluh tahun saat Rasulullah hijrah ke Madinah. Ia menambahkan: Aku melayani Rasulullah selama sepuluh tahun (pada saat-saat akhir hidupnya) dan aku mengetahui lebih dari yang orang lain ketahui mengenai peristiwa dimana perintah mengenai hijab turun (kepada Rasulullah). Ubay bin Ka’ab pernah menanyakannya padaku. Perintah tersebut turun (untuk pertama kalinya) saat pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy berlangsung. Pagi harinya, Rasulullah yang tengah menjadi pengantin mengundang orang-orang untuk menikmati santapan yang dihidangkan dan kemudian pergi. Tetapi ada sekelompok di antaranya tinggal bersama Rasulullah dan mereka berlama-lama di sana. Rasulullah kemudian berdiri dan pergi keluar, dan aku pun mengikutinya pergi hingga beliau sampai ke kediaman Aisyah. Rasulullah mengira bahwa sekelompok orang itu telah pergi, maka beliau kembali, dan aku pun kembali bersamanya hingga ia memasuki kediaman Zainab dan menemukan bahwa mereka (sekelompok orang itu) masih duduk di sana dan belum pergi. Rasulullah kembali meninggalkan tempat itu, dan juga aku yang pergi bersamanya hingga ia kembali ke kediaman Aisyah, dan kembali ia berpikir bahwa sekelompok orang tersebut seharusnya sudah pergi, maka ia pun kembali (ke tempat Zainab), dan juga aku bersamanya, dan menemukan bahwa mereka telah pergi. Pada saat tersebut turunlah ayat mengenai hijab, dan Rasulullah membuat sebuah pembatas antara aku dan dirinya (keluarganya).

Narrated Anas bin Malik that he was a boy of ten at the time when the Prophet emigrated to Al Madina. He added: I served Allah’s Messenger for ten years (the last part of his lifetime) and I know more than the people about the occasion whereupon the order of Al Hijab was revealed (to the Prophet). Ubayy bin Ka’b used to ask me about it. It was revealed (for the first time) during the marriage of Allah’s Messenger with Zainab bint Jahsh. In the morning, the Prophet was a bride-groom of her and he invited the people, who took their meals and went away, but a group of them remained with Allah’s Messenger and they prolonged their stay. Allah’s Messenger got up and went out, and I, too, went out along with him till he came to the lintel of ‘Aisha’s dwelling place. Allah’s Messenger thought that those people had left by then, so he returned, and I, too, returned with him till he entered upon Zainab and found that they were still sitting there and had not yet gone. The Prophet went out again, and so did I with him till he reached the lintel of ‘Aisha’s dwelling place, and then he thought that those people must have left by then, so he returned, and so did I with him, and found people had gone. At that time the Divine Verse of Al Hijab was revealed, and the Prophet set a screen between me and him (his family).

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Umur Umat Taurat, Injil, dan Al-Qur'an

Dari Abdullah bin Umar r.a.: Aku mendengar Rasulullah, ketika ia sedang berdiri di sebuah anak tangga, berkata, “Sisa waktu keberadaan kalian (di bumi) dibandingkan dengan kaum sebelummu, adalah seperti masa di antara waktu Ashar dan tenggelamnya matahari. Pengikut Taurat telah diberikan kitab Taurat dan mereka beribadah atasnya hingga tengah hari, kemudian mereka merasa lelah dan masing-masing mendapat satu Qirat atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan pengikut Injil telah diberikan kitab Injil dan mereka beribadah atasnya hingga waktu Ashar, kemudian mereka merasa lelah dan masing-masing mendapat satu Qirat atas apa yang telah mereka kerjakan. Kemudian kamu telah diberikan kitab Al-Qur'an dan kamu beribadah atasnya hingga matahari terbenam maka kamu masing-masing mendapatkan dua Qirat (dua kali lebih banyak dibandingkan kaum sebelumnya).

Kemudian pengikut Taurat berkata, ‘Ya Tuhan kami! Orang-orang ini telah bekerja lebih sedikit dari apa yang telah kami lakukan tetapi mendapatkan ganjaran yang lebih besar.’ Allah berkata, ‘Apakah Aku telah mengambil dari apa yang engkau dapatkan’ Mereka berkata, ‘Tidak.’ Kemudian Allah berkata,’Itulah kehendak-Ku yang Aku limpahkan kepada siapa yang Aku kehendaki.’”

Narrated Abdullah bin Umar r.a.: I heard Allah’s Messenger, while he was standing on the pulpit, saying, “The remaining period of your stay (on the earth) in comparison to the nations before you, is like the period between the ‘Asr prayer and sunset. The people of the Taurat (Torah) were given the Torah and they acted upon it till midday, and then they were worn out and were given for their labour, one Qirat each. Then the people of the Injeel (Gospel) were given the Injeel and they acted upon it till the time of the Asr prayer, and then they were worn out and were given (for their labour), one Qirat each. Then you people were given the Quran and you acted upon it till sunset and so you were given two Qirat each (double the reward of the previous nations).” Then the people of the Taurat (Torah) said, ‘O our Lord! These people have done a little labour (much less than we) but have taken a greater reward.’ Allah said, ‘Have I withheld anything from you reward’ They said, ‘No.’ Then Allah said, ‘That is My Favour which I bestow on whom I wish.’”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Rahasia Rasulullah untuk Fatimah

Dari Aisyah r.a., Ummul Mukminin: Kami, para istri Rasulullah, sedang duduk bersama Rasulullah dan tidak satupun dari kami yang pergi hingga Fatimah a.s. berjalan menghampiri, dan Demi Allah, gaya berjalannya sangat mirip dengan Rasulullah. Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya dan berkata, “Selamat datang, wahai anakku!” Kemudian beliau menyuruhnya duduk di sisi sebelah kanan atau kirinya, menceritakan sebuah rahasia kepadanya, dimana ia kemudian menangis tersedu-sedu. Ketika beliau menyadari kesedihannya, beliau kemudian menceritakannya sebuah rahasia untuk yang kedua kalinya, dan ia menjadi tertawa. Hanya aku, dari para istri Rasulullah, yang berkata padanya, “(Ya Fatimah), Rasulullah telah memilihmu dari kami semua untuk sebuah pembicaraan rahasia dan masih juga engkau menangis” Ketika Rasulullah berdiri, (dan kemudian pergi) aku bertanya padanya, “Apa yang telah beliau ceritakan padamu” Ia berkata, “Aku tidak akan membuka rahasia dari Rasulullah.” Tetapi ketika Rasulullah telah wafat aku (kembali) bertanya padanya, “Aku memohon padamu dengan sungguh-sungguh dengan apa yang menjadi hakku atasmu, untuk memberitahuku (pembicaraan rahasia antara Rasulullah dan dirimu).” Ia berkata, “Sebab engkau bertanya padaku sekarang, ya, (aku akan memberitahukannya).” Ia memberitahuku dengan berkata, “Ketika beliau menceritakan rahasia itu pada kali pertama, beliau berkata bahwa Jibril biasa mengulang bacaan Al-Qur'an dengan Rasulullah sekali dalam setahun. Beliau menambahkan, ‘Tetapi tahun ini ia (Jibril) melakukannya dua kali, dan kemudian aku berpikir bahwa waktu ajalku sudah dekat. Maka, takutlah pada Allah, dan bersabarlah, sebab aku akan menjadi pendahulumu yang terbaik di Hari Kemudian.’” Fatimah menambahkan, “Maka aku pun menangis seperti yang engkau saksikan. Dan ketika Rasulullah mendapatiku bersedih, beliau menceritakan rahasia padaku untuk kali yang kedua dan berkata, ‘Ya Fatimah, tidakkah engkau bergembira sebab engkau akan menjadi pemimpin dari para wanita yang beriman (para mukminat).”’

Narrated ‘Aishah r.a., Mother of the believers: We, the wives of the Prophet were all sitting with the Prophet and none of us had left, Fatima a.s. came walking, and by Allah, her gait was very similar to that of Allah’s Messenger. When he saw her, he welcomed her, saying, “Welcome, O my daughter!” Then he made her sit on his right or his left, confided something to her, whereupon she wept bitterly. When he noticed her sorrow, he confided something more to her for the second time, and she started laughing. Only I, from among the Prophet’s wives said to her, “(O Fatima), Allah’s Messenger selected you from amongst us for the secret talk and still you weep” When Allah’s Messenger got up, (went away) I asked her, “What did he confide to you” She said, “I wouldn’t disclose the secret of Allah’s Messenger.” But when he SAW died I asked her, “I beseech you earnestly by what right I have upon you, to tell me (that secret talk which the Prophet had with you).” She said, “As you ask me now, yes, (I will tell you).” She informed me, saying, “When he talked to me secretly the first time, he said that Jibril (Gabriel) used to review the Quran with him once every year. He added, ‘But this year he reviewed it with me twice, and therefore I think that my time of death has approached. So, be afraid of Allah, and be patient, for I am the best predecessor for you (in the Hereafter).”’ Fatima added, “So I wept as you (Aishah) witnessed. And when the Prophet saw me in this sorrowful state, he confided the second secret to me saying, ‘O Fatima! Will you not be pleased that you will be chief of all the believing women (or chief of the women of this nation i.e., my followers)’”

Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Keutamaan Akhir Malam

Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah bersabda, “Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Kuasa, turun setiap malam ke surga yang terdekat dengan kita selama sepertiga malam terakhir dan Ia berkata, “(Adakah) yang berdoa kepada-Ku, (meminta apapun dari-Ku) sehingga Aku akan menjawab doanya, (Adakah) yang meminta pada-Ku sehingga akan Aku penuhi permintaannya, (Adakah) yang memohon ampunan dari-Ku, sehingga akan Aku ampuni dia”

Narrated Abu Hurairah r.a.: Allah’s Messenger said, “Our Lord, the Blessed, the Superior, comes down every night on the nearest heaven to us during the last third of the night and He says, “(Is there anyone) who invokes Me, (demands anything from Me) so that I may respond to his invocation (Is there anyone) who asks Me so that I may grant him his request (Is there anyone) who seeks My Forgiveness, so that I may forgive him”


Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Keutamaan Sholat Sunnah sesudah Berwudhu

Dari Abu Hurairah r.a.: Pada waktu sholat Fajar tiba Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Katakan padaku kebaikan yang telah kau lakukan setelah memeluk Islam, sebab aku mendengar langkah kakimu di depanku di surga.” Bilal menjawab, “Aku tidak melakukan apapun yang patut untuk disebutkan kecuali kapanpun aku berwudhu selama siang atau malam hari, aku melakukan sholat sesudahnya sebanyak yang tertulis untukku.”

Narrated Abu Hurairah r.a.: At the time of the Salat-ul-Fajr (Fajr prayers) the Prophet asked Bilal, “Tell me of the best deed you did after embracing Islam, for I heard your footsteps in front of me in Paradise.” Bilal replied, “I did not do anything worth mentioning except that whenever I performed ablution during the day or night, I offered Salat (prayer) after that ablution as much as was written for me.”


Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Tertidur hingga Tertinggal Shalat

Dari Abu Qatada: Ketika orang-orang tertidur larut malam sehingga mereka tidak melaksanakan Shalat Subuh, Rasulullah bersabda, "Allah telah menggenggam ruh-ruh kalian (membuatmu tertidur) ketika Ia berkehendak, dan mengembalikannya (kepada tubuh kalian) ketika Ia berkehendak." Maka orang-orang pun bangun dan pergi memenuhi panggilan alam, berwudhu, sampai matahari telah naik tinggi dan ia berwarna putih (bersinar cerah), kemudian Rasulullah bangkit dan melaksanakan shalat.

Narrated Abu Qatada: When the people slept so late that they did not offer the (morning) Salat (prayer), the Prophet said, "Allah captured your souls (made you sleep) when He willed, and returned them (to your bodies) when He willed." So the people got up and went to answer the call of nature, performed ablution, till the sun had risen and it had become white (shining brightly), then the Prophet got up and offered the Salat (prayer).


Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)

Sujud Sahwi

Dari Abdullah r.a.: Rasulullah mengimami kami dalam Sholat Zuhur dan melakukan lima rakaat. Seseorang bertanya padanya apakah “shalat telah selesai ditunaikan”. Beliau (Rasulullah) berkata, “Dan apakah itu?” Mereka (para jamaah) menjawab, “Engkau telah melakukan lima rakaat.” Kemudian Rasulullah melakukan dua sujud (sahwi) setelah ia menyelesaikan shalat dengan salam.

Narrated ‘Abdullah r.a.: The Prophet led us in Zuhr prayer and offered five rak’a. Somebody asked him whether “the Salat (prayer) had been increased.” He (the Prophet) said, “And what is that?” They (the people) replied, “You have offered five rak’a.” Then the Prophet offered two prostrations (of Sahw) after he had finished his Salat (prayer) with the Taslim.


Sumber: Shahih Bukhari, Darussalaam (CD)